atas nama perut

alasan apa yang biasanya mendorong kita membeli makanan baik makanan berat atau sekedar cemilan? lapar, itu pasti karena kalau tidak, apa makanan yang kita beli hanya untuk ditonton? coba-coba, biasanya kita tergoda ikut membeli makanan setelah melihat keasyikan orang lain makan makanan tersebut. iseng, bisa jadi kita membeli makanan yang tadinya tidak terpikir akibat termakan rayuan maut sang penjual makanan. tapi pernahkah terbayangkan oleh kita bahwa masih banyak orang lain yang saking miskinnya tidak mampu membeli makanan yang layak?

mungkin ada yang sudah pernah melihat film pendek karya Ferdinand Dimadura berikut. film besutan sutradara asal Filipina ini memang nggak baru, bikinan tahun 2005 dan disertakan dalam festival film berlin 2006. awalnya agak lambat, tapi paruh berikutnya sangat dahsyat.

miris, mual dan segala rasa nggak nyaman pasti timbul setelah nonton film pendek ini. tapi itu berarti kita masih normal, masih punya rasa bersalah. nggak pantas manusia makan seperti anjing atau kucing jalanan, dari hasil mengais-ngais tong sampah. tapi lebih nggak pantas lagi manusia yang sudah membeli makanan lalu menyia-nyiakannya tanpa rasa bersalah mentang-mentang sudah membayar harganya apa lalu berhak untuk membuangnya begitu saja?

2 thoughts on “atas nama perut

  1. wiih jadih penahsaran samah film nya.. ya sihhh aku salah satuh orang yang mentang2 dah bayar trus bisa gak ngabisin makanan..( tappi gak selaluh loh)..pikir pikir, gimana kaloh jd vegan ajah?? setujuhhhh

    nda ada bedanya to, intinya tetep aja nda boleh buang-buang makanan.

  2. wah jadi terharu nih liatnya, setuju kalo makanan gak boleh dibuang2 kalo udah diambil jadi kita mesti ambil sesuai porsi kita, bener2 seneng akhirnya jd nonton awalnya kirain agak sadis gitu tentang pembunuhan hewan tapi untunglah jadi nonton. Two thumbs up untuk filmnya.

    waduh, Den. gue nggak doyan ama film gory kok 😛

Leave a comment