belajar jatuh cinta lagi

nggak jelas apa yang bikin gue mogok menulis blog sampai selama setahun lebih nggak ada postingan baru. sepertinya mood menulis sudah terjajah rasa malas dengan alasan energi sudah tersedot habis untuk rutinitas sehari-hari, sehingga gue lebih memilih menghabiskan waktu luang dengan melakukan aktivitas relaksasi yg nggak butuh banyak proses berpikir seperti menonton film, membaca buku dan main game. namun menulis ternyata lebih efektif untuk melampiaskan kejenuhan apalagi kalau yang ditulis tentang curhat, meski sebelumnya harus bersusah payah memilih dan merangkai kata-kata yang tepat, juga meminimalisir pengulangan kata agar pembaca tak cepat bosan. dan kalaupun akhirnya hasil entry ini ternyata tidak enak dibaca ya harap maklum, bisa jadi otak gue sudah mulai karatan 😆

lalu, apa maksud judul di atas? kenapa gue harus jatuh cinta lagi dan kenapa begitu sulit sehingga harus dipelajari? bukankah jatuh cinta biasanya terjadi secara spontan, tanpa rekayasa walau awalnya mungkin sulit untuk dibayangkan? jatuh cinta sama siapa dan mengapa? yang jelas bukan dengan sesama manusia karena sejauh ini porsi dan kadar cinta gue untuk miswa, keluarga dan teman sudah pas, nggak berlebihan juga nggak berkekurangan. yang mau gue bahas di sini adalah kehidupan cinta dengan pekerjaan.

‘bekerja dengan hati’, begitu bos-bos di kantor gue sering bilang. memang benar, pekerjaan apa pun yang dilakukan dengan sepenuh hati akan terasa lebih ringan walau tantangannya berat entah karena tingkat kesulitannya tinggi, load kerja yang banyak atau bayarannya kurang setimpal. dan itu yang gue jalani selama ini, gue mencintai pekerjaan gue biarpun kadang mengeluh juga hehehe. bohong banget kalau gue nggak pernah merasa iri melihat teman-teman sekerja pulang lebih cepat atau sama sekali nggak pernah mengomel karena berbagai pekerjaan yang menumpuk itu harus diselesaikan dalam waktu yang begitu terbatas. gue bukan tipe manusia ambisius yang mengejar karir setinggi langit, tapi gue menikmati saat-saat di mana tenaga gue amat sangat dibutuhkan terutama untuk pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan oleh orang lain. rupanya gue yang mulai bangkotan ini masih ada gunanya juga 😀

masih ingat dengan postingan gue sebelumnya mengenai bos sinting yang membuat banyak orang stress itu? dia pernah menjadi bahan tertawaan karena meminta salah satu karyawan untuk mengabdi kepadanya secara eksklusif. waktu itu kami mengejek betapa berlebihannya si gila itu, memangnya dia siapa sampai menyamakan pekerjaan kantor dengan bela negara. namun kini gue mulai merasa dia nggak segila yang kami kira karena ‘bekerja dengan hati’ tak jauh beda dengan mengabdi. kami dituntut memberikan yang terbaik bagi perusahaan sesuai atau kalau bisa melebihi target yang sudah ditentukan, sama seperti seorang atlet bulutangkis yang diutus berlaga ke sebuah turnamen internasional dengan target medali emas atau marinir yang dikirim ke seberang samudra dengan tugas membebaskan pelaut yang disekap kawanan perompak Somalia.

pengabdian gue yang sepenuh hati mulai goncang ketika gue mendapat tambahan pekerjaan yang sebenarnya di bawah perusahaan lain yang masih satu grup. seharusnya gue bersyukur karena posisi yang baru tsb sangat strategis dan tidak semua orang bisa mendapatkannya namun jujur saja gue kurang menyukainya karena hati gue nggak berada di sana. maklum, gue penganut anti poligami 😛 , gue percaya kalau satu hati lebih baik memiliki satu majikan saja. gue berusaha menunjukkan penolakan, tapi tidak diberi kesempatan untuk menolak malah harus siap melepas pekerjaan gue yang lama. bos gue menawarkan solusi dengan tambahan seorang asisten supaya gue tetap bisa mengerjakan 2 pekerjaan tsb. perubahan kondisi yang mendadak ini membuat gue nggak bisa lagi bekerja dengan sepenuh hati. keterpaksaan melakukan pekerjaan baru membuat hari-hari gue terasa berat, belum lagi asisten baru yang dijanjikan tidak kunjung didapat sehingga membuat pekerjaan gue yang lama terbengkalai, semuanya meleset dari tenggat waktu yang sudah ditentukan.

mengabdi itu ternyata tak mudah, butuh kerelaan dan kesiapan hati karena kita tidak pernah tahu kapan dan ke mana kita akan dipindahtugaskan. bisa jadi gue terlalu berlebihan, nggak mau beranjak dari comfort zone dan menyemplungkan diri ke dunia baru yang mungkin saja lebih indah. karena itu gue harus belajar jatuh cinta lagi, jatuh cinta pada pekerjaan baru gue 🙂 .

Leave a comment